Selasa, 02 November 2010

di kala sepi mengintai

seperti sebuah tanah yang habis terkikis oleh waktu. hidup seperti penggalan sebuah drama yang sebenarnya kita tahu ending dari drama itu ialah kematian, sepenggal cerita dalam drama itu memberi arti bagi setiap insan di dunia. tak memungkiri drama itu pun ada yang berperan menjadi protagonis, antogonis maupun figuran itu tergantung bagaimana kita menjalani drama tersebut. saya sebagai seorang pemain tentu ingin mendapat tempat dihati pemirsanya (orang orang terdekat dan yang mengenal saya) dan itu semua tergantung bagaimana cara saya untuk bersosialisasi dan aktualisasi diri saya kepada mereka. mungkin bagi mereka saya ini hanya seorang perempuan yang tidak mempunyai kemampuan lebih dibanding mereka, tapi buat saya mereka semua ialah sosok orang-orang yang patut saya ancungi jempol karena mereka semua mempunyai sesuatu yang mungkin saya tidak punya, dan saya pun banyak belajar dari mereka semua. dan tentunya setiap pribadi orang-orang itu berbeda beda dan saya pun banyak mengenal karakter dari mereka semua. saya berfikir jika setiap orang mempunyai sifat dan pribadi yang sama apa jadinya hidup ini? mungkin jika seperti itu akan ada kejenuhan yang memuncak dan hidup terasa seperti jalan tol yang lurus tanpa kelok walau ada badan jalan yang tak rata tapi itu akan terasa datar. 

saya bahagia dengan menjalankan drama kehidupan seperti saya adanya. ini lah kehidupan saya, seorang cewe yang dari keluarga amat sederhana dan mempunyai keluarga yang harmonis yang belum tentu orang dapat merasakan itu semua. dan say bersyukur dengan itu. tapi saya hanya seseorang biasa yang mempunyai keterbatasan. semakin saya menjalani kehidupan ini seperti ada yang hilang dari arti sebuah keluarga yang dimana hanya terdiri dari bapa, mamah, mba nur, mba santi dan saya. seiiring berjalannya waktu kakak saya pun pergi meninggalkan rumah yang sejak dahulu kami tempati bersama dan menjadi saksi bisu kenangan kami. kedua kakak saya meninggalkan rumah bukan karena apa apa melainkan karena mereka ikut dengan suami mereka masing masing. setelah mereka pergi dari rumah kami yang kecil namun nyaman ini kehidupan pun ada yang berbeda. rumah menjadi sunyi sepi dan tak ada gelak canda kakak kakakku, aku dan keluarga. dimana jika kalo kita bertengkar yang membuat suasana rumah menjadi gaduh. kini semua itu tinggal kenangan. tidak lagi kegaduhan yang ada hanya kesepian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar