Senin, 08 November 2010

asal cerita


Ancur ancuran ceritanya, lupa lupa inget gimana kejadiannya. Seingetnya aja ceritanya. Nama di bedain dr aslinya

Berawal dari pendaftaran sebuah sekolah menengah atas swasta dky yang berada di dekat daerah rumahku, karna hanya SMA itu yang aku, jika ingin sekolah swasta yang jauh ayahku tidak mengizinkan sekolah jauh dari rumah entah alasan apa aku tak tahu sampai sekarang dan kalo  boleh sekolah yang jauh aku akan ditempatkan disekolah yang dimiliki oleh saudara dekat ayahku. Karena aku tidak tertarik dengan sekolah pariwisata aku pun menolak sekolah disana dan memilih sekolah yang dekat dengan rumah. Peraturan jika ingin masuk SMA itu ialah mendaftar, pendaftaran pun berjalan lancar begitu pula ospek yang dilalui selama 3 hari, aku pun menurut dengan apa yang senior katakana karena aku tidak mau mencari masalah. Setelah ospek berakhir aku masuk kelas 10.3 bersama sahabatku yang dari TK hingga SMA aku masih bersamanya, namanya tasia. Ia seorang sahabat yang cukup memahami ku. Selain itu ada puspita sahabatku selain tasia, puspita sahabatku dari SMP, dan puspita mempunyai saudara bernama ningsih, kami pun berkenalan. Semenjak itu kami menjadi dekat. Aku dan tasia yang sekelas memilih duduk bersama selama dikelas 10.3.
Namun puspita berada dikelas 10.5 dan ningsih berada dikelas 10.1. Aku dan tasia yang sibuk bercanda berdua selama dikelas berlangsung yang sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar yang sibuk dengan teman teman barunya, aku dan tasia ini termasuk tipe cewe yang agak sombong untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu (maklum judes). Sesaat kami sadar kalo yang duduk dibelakang kami itu dua orang cowo yang kamu tidak tahu sebelumnya tapi mereka sudah sok kenal banget. Namanya Eli dan Tyo, mereka sangat unik dan lucu kami pun akrab semenjak itu, sering bercanda dan sekalipun pernah menjadi ajang curhat-curhatan. Karena kedekatan itu kami mempunyai panggilan yang aneh aneh dan aku dipanggil oleh kedua cowo itu ntek yang aku sendiri nggak tau artinya apa. Gentian aku yang manggil tyo dengansebutan ketan item, tapi tyo maunya dipanggil gemblong, sadar juga dia kalo kaya gemblong udah bulet panjang lagi.
Aku dan Tasia selama beberapa bulan dikelas itu pun sudah cukup mendapat teman baru, seperti nur, astute dan dewi. Kami pun akrab semenjak dikelas. Hingga beberapa bulan berlangsung kami menghadapi kenaikkan kelas, karena tasia memilih social kami pun berpisah karena aku, nur, astuti dan dewi memilih kelas alam. Selama berpisah aku dan tasia hanya bertemu jika berangkat sekolah dan pulang sekolah, namun aku menjadi semakin dekat dengan nur, astuti dan dewi. Selama dikelas 11 pun kami selalu bersama sampai kemana mana pun selalu ber4 dan serasa tak ingin dipisahkan. Kami menjadi semakin dekat sampai rahasia rahasia diantara kita pun saling terbuka dan percaya satu sama lain. Begitu pula dengan aku, mereka tau apa yang aku takutkan dalam diri sendiri dan mereka juga tau apa yang membuat aku menangis seketika jika mengingat kejadian masa lalu. Aku percaya sekali kepada mereka sangat percaya bahkan, maka dari itu aku berani mengatakan semua rahasia pribadi ku kepada mereka dan tidak ada sama sekali terlintas pikiran buruk kepada mereka.
Selain disekolah kami pun juga sering hang out bersama hingga hubungan kami menjadi sangat erat tidak seperti sahabat lagi mungkin seperti kakak dan adik. Orang tua kami pun sudah mengetahui satu sama lainnya kalo kami ini begitu dekat.
Kenaikkan kelas menuju kelas 12 pun semakin dekat, kami pun sering berkumpul untuk sekedar ngobrol-ngobrol atau belajar bersama. Dan Alhamdulillah kami semua naik kelas ke 12. Kami pun semakin dekat selama itu. Bagaimana tidak dari kelas 10 hingga kelas 12 selalu bersama. Namun, mencapai puncak di kelas 12 bukan semakin erat hubungan kami untuk menghadapi UAS malah semakin renggang bahkan sama sekali tidak saling menegur sapa. Aku yang mempunyai adat cukup keras kepala dan egois tidak mau mengalah. Kami berempat pun bertengkar hebat. Lebih tepatnya aku, fauzia dan astuti yang bertengakar hebat dengan dewi.
Awal mula pacar dewi yang bernama zaky itu agak temperamental dan sangat cemburuan sekali. Bahkan seorang guru kami pernah dicemburui oleh zaky yang padahal guru tersebut hanya mengelus kepala dewi sebagia murid kepada guru, menurut aku itu wajar karena emang guru tersebut tidak pernah memandang muridnya sebagai murid tetapi sebagai anak kepada bapak. Namun zaky terbakar api cemburu yang dikiranya guru tersebut menyukai dewi padahal tidak sama sekali. Ribut antara murid dan guru pun terjadi. Karena guru itu masih memandang zaky sebagai muridnya makanya guru itu bersikap lebih sabar menghadapinya. Dan setelah diselasaiikan itu hanya sebagai salah paham karena api cemburu.
Tidak disitu saja duduk masalahnya, zaky yang terkenal sebagai pembuat masalah selalu dipanggil bolak balik oleh guru BP karena tingkah lakunya yang agak brutal. Dan karena satu masalah semuanya menjadi berantakan dan hancur, suatu saat pacar dari nur bilang kalo dewi ini seperti cewe tuuuuuutttt, dan itu pun terdengar hingga kuping zaky, dan bagi dia mungkin kalo cewenya di bilang seperti itu harus menuntut balas. Akhirnya zaky panas dan menghampiri si wiksa pacar dari nur, berantem hebatlah mereka hingga tabok tabokan dan tending tending, aku pun yang seperti pahlawan kesorean coba melerai perkelahian itu. Tapi agak ngeri juga untuk melerai karena parah berantemnya. Hingga di astuti pun ikut panic dan mencoba melerai karena pada saat itu nur tidak masuk sekolah karena sedang sakit.
Kejadian itu pun sudah memakan waktu banyak orang seperti guru guru juga dilibatkan bahkan sang kepala sekolah pun ikut dilibatkan. Dipanggil lah kami semua seperti dewi,zaky,wiksa, astuti dan aku. Dijelaskan lah duduk masalahnya. Dan sang kepala sekolah pun berkata jika kamu dibilang seperti itu pasti ada factor yang mengapa orang menilai seperti itu, jadi anggap saja itu kritik dan saran. Nah lo. Kepsek aja ngomong begitu, yam au buat apa lagi, kami pun depan kepsek sok sok pada minta maaf tapi di ujung ujung masih aja bertengkar hebat, bahkan hubungan aku, nur, astuti dengan dewi pun menjadi semakin jauh, bahkan aku yang duduk bersama dewi amat sangat menjaga jarak. Seperti takut ketularan virus mematikan.
Tidak sampai disitu saja, kelakuan zaky yang temperamental pun semakin menjadi menjadi dari memukul sesuatu milik sekolah hingga ada yang mengadu dan diadukan hingga ke kepsek. Semakin sering zaky menerima surat peringatan dari sekolah dan dia pun di drop out oleh pihak sekolah. Dan dewi pun nelangsa sendirian disekolah tidak ada temannya, sebenarnya aku kasian tapi kelakuaannya ga memungkinkan. Dan aku ini termasuk tipe cewe judes dan sombong untuk hal itu.
Bahkan hingga zaky di drop out dr sekolah pun masalah makin sering terjadi, dimana dewi selalu disudutkan didalam kelas, dan dewi pun membeberkan rahasia yang paling aku takutkan selama hidup aku bernafas kepada salah seorang teman didalam kelas, dan ia sengaja berbicara seperti itu dihadapan ku, aku yang tak bisa berkata apa apa hanya diam, sampai meneteskan air mata yang tak ingin aku keluarkan, krn jika air mataku keluar itu berati aku rapuh dihadapan dia, namun aku tak sanggup menahan dan aku pun keluar kelas untuk menghindari itu, nur dan astuti pun mengikuti ku, hingga akhirnya pun aku duduk ditangga dengan nangis terisak isaka astuti dan nur pun tau akan hal itu, mereka ikut menangis akan hal itu, namun seorang guru mengatakan sesuatu yang menyadarkan aku dan berkata “tri, kamu ga pantes nangis kaya gitu bukan diri kamu nangis ” tersentak aku diam dan memikirkan kata kata itu. Kenapa tega seseorang yang sudah aku percaya bisa membeberkan begitu mudahnya, aku kalo tidak memandang dia siapa aku sudah membeberkan rahasia yang pernah ia katakankepada ku. Tapi aku masih memiliki rasa iba. Aku mencoba mengalah.
Semenjak itu sedikit orang yang menemani dia. Suatu saat masalah muncul dan kali ini lebih parah sangat parah. Dan kenapa kejadian itu terjadi saat aku tidak masuk sekolah. Keejadian dimana zaky datang kesekolah menemui nur untuk meminta maaf kepadanya atas perbuatannya kepada cowonya dan dia. Tapi sekali lagi semua itu akal bulus dari zaky. Dia menemui nur hanya untuk menkatai dan meludahi nur. Reflek nur pun kaget, untung saja disitu ada teman dekat nur yang membela dan mengusir zaky seketika itu juga iya melarikan diri. Nur yang masih kaget hanya diam saja. Kejadian itu pun ada yang mengadu ke kepsek, keesok harinya pun kami dipanggil kembali oleh kepsek, aku yang tak tau apa apa pada kejadian itu merasa sangat sakit jika seorang sahabat terdekatnya disakiti seperti itu. Bahkan orang tua nur pun tidak pernah melakukan hal tidak baik seperti itu, akhirnya pun nur sudah bias memaafkan dengan kejadian itu agar masalahnya pun cepat kelas. Berita ini pun membuat wali kelas kami semakin tertekan sampai meneteskan air mata akibat perilaku mantan muridnya si zaky, yang selalu membuat onar. Kami semua mengadakan rapat kelas yang bagaimana caranya untuk mengakhiri pertengakaran sengit didalam kelas, namun tidak ada yang berhasil, sampai perdebatan kelas pun semakin terjadi dan hamper cewe dikelas meneteskan air mata akibat pertengkaran ini.
Ujian nasional pun semakin dekat kami pun berkerja keras untuk menghadapinya dan membuang jauh jauh pertengkaran dikelas. Hingga suatu saat acara doa bersama untuk anak kelas 12 yang akan menghadapi ujian pun saling meminta maaf jika ada salah, dan seketika itu aku, astuti, nur saling berpelukan meminta maaf dan begitu pula dewi yang menghampiri kita untuk meminta maaf.
Akhirnya pun kita bermaafan karena hal mau ujian dan biar lulus jadi saling memaafkan. Tapi semua itu berlangsung singkat. Hingga kelulusan pun kami tidak pernah bertemu dengan dewi lagi. Entah kemana dia aku pun tak tau dan tidak ingin tau, cukup menjadi sebuah kenangan pahit.
Masa-masa SMA ku semenjak kelas 12 cukup menegangkan, ini baru ceritanya apalagi ngerasain aslinya, busehh parah dan cape dipanggil kepsek mulu. Tapi semua itu menjadi pelajaran untuk aku, bahwa seseorang yang awal ku percaya dapat menikam dari belakang dengan mudahnya.

Selasa, 02 November 2010

di kala sepi mengintai

seperti sebuah tanah yang habis terkikis oleh waktu. hidup seperti penggalan sebuah drama yang sebenarnya kita tahu ending dari drama itu ialah kematian, sepenggal cerita dalam drama itu memberi arti bagi setiap insan di dunia. tak memungkiri drama itu pun ada yang berperan menjadi protagonis, antogonis maupun figuran itu tergantung bagaimana kita menjalani drama tersebut. saya sebagai seorang pemain tentu ingin mendapat tempat dihati pemirsanya (orang orang terdekat dan yang mengenal saya) dan itu semua tergantung bagaimana cara saya untuk bersosialisasi dan aktualisasi diri saya kepada mereka. mungkin bagi mereka saya ini hanya seorang perempuan yang tidak mempunyai kemampuan lebih dibanding mereka, tapi buat saya mereka semua ialah sosok orang-orang yang patut saya ancungi jempol karena mereka semua mempunyai sesuatu yang mungkin saya tidak punya, dan saya pun banyak belajar dari mereka semua. dan tentunya setiap pribadi orang-orang itu berbeda beda dan saya pun banyak mengenal karakter dari mereka semua. saya berfikir jika setiap orang mempunyai sifat dan pribadi yang sama apa jadinya hidup ini? mungkin jika seperti itu akan ada kejenuhan yang memuncak dan hidup terasa seperti jalan tol yang lurus tanpa kelok walau ada badan jalan yang tak rata tapi itu akan terasa datar. 

saya bahagia dengan menjalankan drama kehidupan seperti saya adanya. ini lah kehidupan saya, seorang cewe yang dari keluarga amat sederhana dan mempunyai keluarga yang harmonis yang belum tentu orang dapat merasakan itu semua. dan say bersyukur dengan itu. tapi saya hanya seseorang biasa yang mempunyai keterbatasan. semakin saya menjalani kehidupan ini seperti ada yang hilang dari arti sebuah keluarga yang dimana hanya terdiri dari bapa, mamah, mba nur, mba santi dan saya. seiiring berjalannya waktu kakak saya pun pergi meninggalkan rumah yang sejak dahulu kami tempati bersama dan menjadi saksi bisu kenangan kami. kedua kakak saya meninggalkan rumah bukan karena apa apa melainkan karena mereka ikut dengan suami mereka masing masing. setelah mereka pergi dari rumah kami yang kecil namun nyaman ini kehidupan pun ada yang berbeda. rumah menjadi sunyi sepi dan tak ada gelak canda kakak kakakku, aku dan keluarga. dimana jika kalo kita bertengkar yang membuat suasana rumah menjadi gaduh. kini semua itu tinggal kenangan. tidak lagi kegaduhan yang ada hanya kesepian.